Pengetahuan Sudah Menjadi Kacang Lupa Tanahnya
Oleh: Suudi Alfarabi*

Pertanyaan mendasar yang menarik adalah sejak kapan pengetahuan kita tentang cara tidur, memasang Sepatu, berkaca, menggunakan sarung, dan lain sebagainya ini menyatu dengan diri kita, sehingga Upaya kita untuk menyelesaikan semua itu seakan-akan adalah sebuah keniscayaan yang akan terjadi tanpa kita fikirkan dari sebelumnya. Alih-alih kita seakan bisa untuk melakukannya, akan tetapi kita lupa bahwa cara itu semua kita dapatkan dari pembelajaran atau pengalaman yang kita dapat baik melalui ilmu pengetahuan ataupun peristiwa yang telah di lakukan oleh orang lain (Epistemologi), sehingga kita kemudian dapat memahami apa yang harus kita lakukan di kesehariannya untuk menyelesaikan semua hal itu.
Sedikit kita bahas mulanya perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan, sehingga pemahaman terhadap kedua hal ini akan menjadi pengantar bagi kita untuk bisa membedakan apa itu Ilmu?, dan apa itu Pengetahuan?.
Mengutip apa yang disampaikan Plato (427–347 SM) tentang Pengetahuan adalah justified true belief (keyakinan yang benar dan dibenarkan). Menurut Plato, pengetahuan bersifat subjektif dan mencakup apa yang diyakini benar oleh individu. Sedangkan Ilmu menurut muridnya ustadz Plato, yaitu Aristoteles (384–322 SM) adalah pengetahuan yang dicari untuk memahami prinsip-prinsip dan sebab-sebab dasar dari suatu fenomena. Menurutnya, ilmu melibatkan logika dan deduksi untuk mencapai kebenaran universal.
Yang dimaksudkan keyakinan yang benar oleh Plato adalah pengetahuan yang dilegitimasi oleh sebuah ilmu, artinya bisa kita pahami bahwa Ilmu itu suatu dasar konsep tertentu pada neraca ilmu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merujuk pada pemahaman tentang sesuatu yang belum tentu dibenarkan oleh Ilmu. Maka dari itu dua hal ini kita sedikit memahami bahwa Ilmu dan Pengetahuan merupakan kedua hal yang berbeda, akan tetapi harus berjalan selaras diantara keduanya untuk kemudian dapat menentukan kebenaran yang universal. Ilmu tanpa pengetahuan bagaikan bunga tanpa bau wangi, sedangkan pengetahuan tanpa Ilmu bagaikan wewangian tanpa bunga.
Sudah barang tentu dalam pengetahuan-pengetahuan praktek sosial yang di alami ini mejadi alamiah dan kebiasaan tanpa adanya kesadaran kolektif, maka penting untuk memahami atas apa yang kita lakukan tak lupa itu terlahir dari sebuah ilmu pengetahuan, atas dasar itu semua mulailah untuk mencintai dan senang pada ilmu pengentahuan, sedikit mengubah pola pikir atau mindset diri, karena hidup tindak hanya tentang tiktok, Instagram, facebook atau lain sebgainya, yang itu hanya Sebagian kecil dari bumbu kehidupan, akan tetapi cara kita berkehidupan sosial, cara kita tumbuh, cara kita berproses, cara mengabdi, dan cara kita mengabadi dengan baik dan benar.
Ngaji, Ngopi, dan ber-Filsafat.

Artikel di atas ditulis oleh *Suudi Alfarabi, yang merupakan kader Rayon Al Hikam, Komisariat Universitas Islam Malang, Cabang Malang.